Kamis, 10 Februari 2011

Merayakan Maulid Nabi, berarti mencintai beliau?

Hukum memperingati maulid nabi
Syaikh abdul aziz alu syaikh (Mentri Agama Saudi Arabia)



Pertanyaan :
Apa hukum memperingati maulid nabi ?

Jawab :

Wahai saudara-saudaraku...! kami mengatakan bahwa kecintaan pada Nabi termasuk satu dari pokok-pokok agama, dan kesempurnaan cinta padanya termasuk kesempurnaan agama.
Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian sampai Aku menjadi yang paling dicintainya daripada anaknya, bapaknya, dan manusia seluruhnya. 
Dan kaum muslimun mengetahui hal itu, peringatan Maulid bila kita lihat pada asal-usulnya tidaklah ada kecuali setelah Abad ke-3 yang utama hal itu ada pada Abad ke-5 dan selanjutnya. Hal itu tidak pernah disebut-sebut pada abad pertaman, ke-2 ataupun ke-3. Tidaklah dikenal dizaman Shahabat ataupun Tabi’in. Maka Abu Bakar, Umar, Utsman dan ‘Ali mereka semua mengetahui malam lahirnya Nabi, tapi mereka tidak merayakannya  dan tidak juga mereka mengadakan peringatan untuk kematian beliau. Mereka tahu semuai itu. Abu Bakar berkata: 

Sesungguhnya Nabi kami Shallallahu ‘alayhi wasallam berkhutbah pada tahun lalu pada hari jum’at seperti ini, maka kemudian beliau menangis...Al hadits. 

Hal ini menunjukkan padamu bahwa mereka tahu semua itu, tapi mereka tidak mengadakan peringatan maulid beliau, dan tidaklah mereka menjadikan 12 Rabi’ul Awwal sebagai hari khusus untuk ceramah atau membaca Al-Qur’an atau peringatan, atau pertemuan atau qasidah-qasidah, mereka tidak berbuat hal ini semua. Bukan berarti mereka tidak peduli terhadap hak-hak Nabi, tapi mereka tidak mendapati dasar yang mendasari hal itu dan adalah musibah ketika pengambilan dasar itu kembali pada orang-orang Tasawwuf yang mana mereka terjatuh dalam kesalahan yang fatal, dimana mereka menjadikan kesempatan Maulid itu untuk penodaan dan pelecehan Syari’at dalam Maulid. Semua itu seperti tabuan rebana, penodaan dan permintaan sumbangan dan Nyanyian yang Rasul jauh dari hal itu. Kemudian diakhir malam mereka meyakini bahwa Ruh Nabi datang pada mereka dan bahwa mereka melihat Ruh beliau begini dan begitu dari banyak hal tentang khurafat dan kebohongan serta kedustaan. Serta didendangkannya qasidah-qasidah yang penuh kesyirikan dan istighasah (minta pertolongan) pada Nabi serta memohon Syafa’at pada beliau, dst. Dan Nabi berlepas diri dari hal ini semua.

Wahai saudaraku bahwa kecintaan pada Rasululloh adalah mengikuti sunnah, hubungan kita dengan Nabi bukan berarti harus bertemu langsung bahkan hubungan kita dengan beliau adalah setiap hari dan setiap malam. Dalam makan kita, minum kita, sholat kita, wudhu kita dan dalam jalan kita serta dalam seluruh aktifitas kita semua itu adalah hubungan kita dengan Nabi dan Sunnah beliau Shallallahu ‘alayhi wasallam. Hal itu tidaklah terbatas pada waktu-waktu tertentu tapi itu mesti harus berkesinambungan dan terus menerus. 

(diketik ulang dari video tanya jawab Syaikh abdul azis alu syaikh , Marjan Production)
http://www.frewaremini.com

| Mau Kembali Keberanda? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Memberi Respon yang Baik