Minggu, 28 Oktober 2012

Da'ie Ahlussunnah Yang Dicela

Oleh Syaikh Muhammad al-imam hafidzahullahu ta'ala (Ulama Yaman)




Syaikh Muhammad Al-Imam -semoga Alloh menjaganya- berkata dalam kitabnya Al-Ibanah (hal. 194):
"Jarh Imam mutasyadid jika menyelisihi jarh Imam mu'tadil, maka jarh Imam mu'tadil tersebut diutamakan dengan tidak mencela jarh Imam mutasyadid."

Syaikh Muhammad Al-Imam -semoga Alloh menjaganya- berkata dalam Al-Ibanah (hal. 170) dengan judul ‘Perbedaan Antara Jarh wat Ta`dil dan Fitnah’:
“Melihat banyak munculnya fitnah, kelompok-kelompok dan firqoh-firqoh sesat, terkadang jarh para Imam dimanfaatkan untuk menghukumi orang men-jarh atau saudara-saudaranya. Apabila ini terjadi, maka jarh berubah menjadi fitnah. Pada keadaan seperti ini, maka yang wajib adalah melihat apa yang dapat dilakukan untuk menghilangkan fitnah dan menahan besarnya kejelekan serta menjaga suatu kaum, walaupun harus meringankan perkara jarh wat ta`dil pada metode yang ditempuh oleh pen-jarh. Terkadang seorang yang mu`tabar (diperhitungkan jarh-nya) men-jarh sebagian Ahlus Sunnah kemudian berkobarlah fitnah hajr (pemboikotan), perpecahan dan baku hantam. Terkadang juga mengakibatkan peperangan di antara Ahlus Sunnah sendiri. Ketika terjadi sesuatu akibat hal ini, diketahuilah bahwa jarh tersebut mengantarkan kepada fitnah, sehingga yang wajib adalah meneliti kembali metode dalam men-jarh dengan menimbang maslahat dan mafsadah guna menjaga kelangsungan ukhuwah, terpeliharanya dakwah dan terobatinya kesalahan serta tidak dibolehkan terus-menerus dalam melakukan metode yang menimbulkan kerusakan tersebut.”

Maka beliau memberikan kabar gembira kepada orang yang dijarh (dicela) dengan mengatakan dalam Al-Ibanah (hal. 269) di bawah judul: ‘Ahlul ilmi yang di-jarh secara dzholim, maka Alloh akan mengangkat mereka jika mereka bersabar’: “Alloh -ta’ala- berfirman:
“Sesungguhnya Kami menolong Rosul-Rosul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (Al-Ghofir: 51)
"Ketahuilah bahwa perselisihan antara seorang alim satu dengan yang lainnya terjadi pada setiap waktu. Terkadang salah satu dari keduanya melampaui batas dan yang lainnya benar. Kemudian yang benar tersebut hendaknya bersabar dan tidak mengambil haknya, apalagi untuk mendzholimi saudaranya. Maka sudah sunnatulloh bahwa Alloh akan mengangkat kelompok yang bersabar atas kedzoliman orang lain dan menutup pintu-pintu fitnah serta memutus materi perselisihan.”
sumber : Misbachudz Dzolam (Lentera di Malam Kelam)
http://www.frewaremini.com

| Mau Kembali Keberanda? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Memberi Respon yang Baik