Kuliah, Kerja dan Nikah, Kenapa Takut ?
Mungkin banyak diantara mahasiswa saat ini bila mendengar kata “nikah”, langsung terbayang bahwa menikah diusia muda itu akan mendatangkan segudang masalah. Hal ini bisa dibuktikan dengan menyodorkan pertanyaan “Apakah anda sudah siap menikah diusia anda sekarang?”. Jawabannya tentu akan bervariasi, yang intinya sebagian besar dari mereka tidak berani mengambil resiko menikah diusia muda. Walaupun ada sebagian saja di antara mereka yang dengan mantapnya menjawab “insyaalloh saya siap”.
Memang tidak dipungkiri menyelesaikan tugas-tugas kuliah, mengikuti ujian, dan melakukan penelitian merupakan rutinitas mahasiswa pada umumnya. Namun realitanya dilapangan tersebut sebenarnya bukanlah suatu hal yang sangat menyita waktu mereka. Karena bila ditelaah kembali, banyak sekali waktu-waktu luang di luar jam kuliah dipergunakan untuk melakukan aktifitas yang tidak produktif dan bahkan mengarah kepada perbuatan dosa na’udzubillah. Entah itu waktu mereka dihabiskan untuk browsing internet, nonton film, jalan-jalan ke mall, shoping, main game, tidur, dan yang paling parah yaitu pacaran.
Memang “pacaran” kalau tidak mau dikatakan sebagai budaya buruk bangsa pada zaman sekarang, maka “pacaran” pantas untuk dinobatkan sebagai wabah penyakit yang menginfeksi dan meracuni moral para pemuda pada umumnya. Apalagi para mahasiswa yang jauh dari pengawasan orang tua, interaksi lawan jenis yang tidak terbatas baik di kampus maupun di luar kampus, serta pendidikan agama yang semakin minim, jelas hal ini rentan sekali menimbulkan perbuatan zina, na’udzubillah.
Bahayanya Zina
Allah ta’ala telah berfirman :
“Dan orang orang yang tidak menyembah Tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina kecuali orang orang yang bertaubat ” (QS. Al Furqan, 68 –69 ).
Dari keterangan ayat di atas, Allah ta’ala menggabungkan antara dosa zina dengan dosa syirik dan dosa membunuh manusia, sehingga hukuman yang diberikan adalah kekal dalam azab neraka dan dilipat gandakan siksaannya, selama pelakunya tidak bertaubat, beriman dan beramal shalih. Perbutan zina adalah perilaku keji yang hanya dilakukan oleh mereka yang memiliki jiwa yang kotor lagi rendah. Sungguh Allah ta’ala sangat membenci perbutan zina itu, hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi sholallohu ‘alaihi wasallamdi saat shalat gerhana matahari, beliau bersabda:
يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ، وَاللهِ لاَ أَحَدَ أَغْيَرُ مِنَ اللهِ أَنْ يَزْنِيَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتُهُ، يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ، وَاللهِ لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا، ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ: اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ؟
“Hai ummat Muhammad, demi Allah, tak ada satupun yang lebih pencemburu dari Allah ketika ada seorang hamba-Nya yang laki-laki atau perempuan berbuat zina. Hai ummat Muhammad, demi Allah, sekiranya kalian mengetahui seperti apa yang aku ketahui, tentu kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya seraya berkata, “Ya Allah, bukankah aku sudah sampaikan?” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketika disebutkan perbuatan zina oleh Nabi sholallohu ‘alaihi wasallamdisaat sholat gerhana matahari, maka penyebutan dosa zina termasuk salah satu dosa besar yang pelakunya sangat Allah benci dan murkai. Maka tidaklah mengherankan ketika Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wasallammengabarkan bahwa pelaku zina adalah mayoritas penduduk neraka, beliau sholallohu ‘alaihi wasallambersabda :
أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ الفَمُ وَالفَرْجُ
“Yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka ialah lidah dan kemaluan.” (HR. Ahmad dan At Turmudzi, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam silsilah hadits shahih).
Zina VS Nikah
Zina merupakan penyakit masyarakat yang sudah mulai menjamur dewasa ini. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor, entah itu pergaulan bebas, media komunikasi yang semakin berkembang dan semakin canggih, globalisasi budaya, dan pengaruh sikap hedonisme. Maka menikah menjadi salah satu terapi mujarab untuk menyembuhkan penyakit yang merusak tatanan kehidupan ini. Nikah merupakan solusi ampuh dari Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wasallamyang menjadi suri tauladan dalam hidup kita, beliau mewasiatkan kepada para pemuda yang berkeinginan menjaga harga diri dan kehormatannya untuk segera menikah, Nabi sholallohu ‘alaihi wasallambersabda :
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; sebab puasa dapat menekan syahwatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mengetuk Hati Orang Tua
Fenomena orang tua yang cenderung materialis sangat ironis dengan sikap mereka yang ingin menyelamatkan anak-anak mereka dari penyimpangan moral. Rasa takut akan kesulitan ekonomi dan kekhawatiran akan gagalnya anak mereka dalam meraih cita-cita, berujung pada keengganan untuk menikahkan anaknya diusia muda. Sungguh picik bila orang tua hanya mementingkan ambisi dan ego pribadi, tanpa memperhatikan kondisi dari anak-anak mereka. Padahal Allah ta’ala telah memerintahkan orang tua untuk mencurahkan perhatian dalam menyelamatkan keluarga mereka dari siksa api neraka, Allah ta’ala berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6)
Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam juga mewanti-wanti orang tua sebagai pemimpin dalam rumah tangga, yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas perilaku anak-anak mereka, beliau sholallohu ‘alaihi wasallambersabda :
“Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya” (HR. Muslim)
Maka sudah sepatutnya orang tua berupaya untuk menyelamatkan anak mereka dari perbuatan zina dengan cara menikahkan mereka dengan seorang yang baik akhlaq dan agamanya. Allah ta’ala berfirman :
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (untuk menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang wanita. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. AnNur, 32)
Kuliah dan Nikah, Ga Ada Masalah !
Dunia kampus umumnya tidak terlepas dari yang namanya ikhtilat (campur baur antara pria dan wanita), sehingga teramat sulit menjaga pandangan antar lawan jenis. Apalagi mode pakaian mahasiswa dan mahasiswi sekarang yang sangat memprihatinkan. Padahal Allah memerintahkan untuk menjaga pandangan, Allah ta’ala berfirman :
“.....Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka....”. (QS. 24:30)
Maka sudah barang tentu seorang mahasiswa yang cerdas dan ingin menjaga kehormatnnya memilih opsi untuk menikah. Jelas, pilihan untuk menikah bukanlah suatu prilaku nekat, namun disertai pertimbangan yang matang demi kebaikan dunia dan terlebih lagi untuk kebaikan akhirat.
Mencari nafkah disela-sela kesibukan kuliah dan mengerjakan tugas, sebenarnya tidak terlalu menyita konsentrasi, asalkan pandai mengatur waktu dan dikomunikasikan dengan pasangan. Banyak para pemuda yang menikah saat masih berstatus mahasiswa mampu mencari nafkah disela-sela jadwal padat mereka. Tidak harus bekerja tetap tetapi yang lebih penting adalah tetap bekerja untuk menafkahi keluarga. Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan tanpa harus menyita banyak waktu tapi dapat menambah income, antara lain :
- # Membuka bimbingan belajar bersama teman-teman sekampus
- # Memberikan les privat.
- # Membuat bisnis online.
- # Berjualan roti/kue, busana muslim, handphone serta pulsa, buku, atau yang lain disesuaikan dengan peluang yang ada.
- # Beternak ayam, ikan, itik ataupun kelinci.
- # Mengirimkan tulisan ke berbagai majalah atau surat kabar.
- # Membuat aneka kerajinan tangan.
- # Membuat aplikasi komputer dan website online, dan kegiatan-kegiatan lain yang kesemuanya bisa dijalankan tanpa harus meninggalkan bangku kuliah.
Maka hilangkan semua kerisauan tentang beratnya menjalani pernikahan, sebab bila kita sabar, kerja keras dan tawakkal niscaya kemudahan serta pertolangan Allah itu akan datang. Janganlah khawatir, Allah ta’ala yang Maha Pemberi Rizki telah berjanji dalam firman-Nya:
” .... Jika mereka miskin Allah yang akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui “ (QS. AnNur, 32)
Dan Rosulullah menjamin bahwa jika niat kita benar-benar untuk menjaga kehormatan dan ikhlas hanya karena Allah, niscaya pertolongan Allah akan datang, sebagaimana dalam hadits :
“ada tiga golongan orang-orang yang dijanjikan pertolongan Allah. (salah satunya): Seorang yang menikah karena ingin menjaga kehormatannya” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Bukankah dulunya orang tua kitapun pada awal pernikahan mereka banyak mendapati ujian dan rintangan, namun kesemuanya dilalui mereka dengan sabar dan optimisme yang tinggi sehingga pertolongan dan kemudahan dari Allah datang kepada mereka?
Wahai Pemuda, Apa Yang Masih Engkau Risaukan?
Mungkin persoalan mengenai kesusahan setelah menikah masih menggelayut di pikiran kita. Itu wajar dan sah-sah saja bila masih ada secercah keraguan yang bersembunyi di hati. Namun apakah persoalan mengenai kehoramatan, harga diri, dan dosa tidak menjadi kerisauan yang sangat besar dalam benak kita? Waktu kita di dunia ini hanya sebentar, dan tidak ada seorang mahluk pun yang mampu menjamin kita selamat atau celaka, melainkan Allah yang berkuasa atas segala sesuatunya.
Terakhir ada nasehat berharga dari imam Qurthuby dalam tafsirnya yang mengutip perkataan Umar bin Khaththab radiyallohu ‘anhu, yaitu:
“Sungguh aneh (mengapa) anak-anak muda enggan menikah karena kemiskinan. Sesungguhnya nikah adalah metode terindah untuk menjauhkan seorang dari kefakiran. Betapa tsiqqahnya para sahabat terhadap ayat ini sampai-sampai ini menjadikannya sebagai prinsip. Kekhawatiran bagi dirinya akan kemiskinan ditempuh dengan menikah. Lalu mengapa kita masih ragu dengan janji Allah. Seakan Allah mengatakan dalam ayat-Nya “Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)”: Wahai hamba-Ku mengapa kalian takut miskin, Aku-lah yang memiliki segala Karunia”
Puri Dinar Mas, 22 Februari 2011
-Aboe Soefyan Allumbuky-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Memberi Respon yang Baik