Pertanyaan
dari Syaikh Shalih bin Sa'ad As-Suhaimi (hafidzahullahu ta'ala)
"Syaikh
kami ada suatu hal yang menjadi masalah terkait atas pertanyaan kali ini,
sering kali kita mendengar dalam pembicaraaan dengan beberapa pemuda dari
berbagai negara (muslim), bahkan sampai ke negeri non muslim. Terkadang, ada
suatu masalah yang datang di antara mereka dan mereka semangat ingin
mendapatkan berita itu, bahkan meskipun itu dari berbagai rekaman, disertai
kurangnya pemahaman mereka dari metode dalam menuntut ilmu, dimana sering kali
masalah yang terjadi mengarah kepada perdebatan dan perselisihan di atas suatu
hal yang pada dasarnya tidak prinsip (penting). Beberapa diantaranya didasari mewajibkan
diri pada suatu hal yang tidak wajib, dan sebagian lagi wahai syaikh kami
dikarenakan ketergesaan dalam masalah tabdi’ (vonis mubtadi’) dan juga disebabkan
masalah taqdis (pujian / sanjungan) pada
orang tertentu sehingga jatuhlah nama baik orang lain. Lantas apakah nasehat
anda wahai syaikh kami untuk pemuda seperti itu?
Jawaban
dari salah seorang Muhaddits (ahli hadits) di Madinah, al’allamah ’Abdul Muhsin
al-’Abbad al-Badr (hafidzahullah) :
Saya
katakan kepada pemuda itu agar mereka jangan suka mencari berita (seputar
fitnah) dan hal itu justru akan membuang-buang waktu mereka, yang mengakibatkan
kebencian dan permusuhan di antara mereka sendiri. Perilaku yang anda ceritakan
itu adalah keadaan orang-orang yang mereka berada pada wilayah yang ’ulama
tidak berada di dalamnya. Kebiasaan mereka itu cuma membeli rekaman dan hanya
mengambil (mendownload) dari pengajian-pengajian, seolah-olah mereka
benar-benar hadir dalam pengajian tersebut. Adapun untuk orang yang sibuk
dengan qiila wa qala (ngegosip, pen) dan hobi membicarakan orang tertentu dan
menyanjung orang (dengan berlebihan, pen) dan berakibat merugikan orang lain,
maka ini termasuk perbuatan menyia-nyiakan waktu dan memalingkan seseorang dari
ilmu. Inilah yang sering menyibukkan mereka dari jalan menuntut ilmu dengan
masalah yang akan membawa kerusakan pada seseorang.
Maka
hendaknya mereka curahkan waktu untuk menghadiri pengajian ilmiyah jika memang
hal itu memungkinkan untuk seseorang dapat hadir atau jika tidak mereka dapat
mendengarkan rekamannya dan tentunya serius dalam mempelajarinya, serta mereka
memfokuskan untuk mendengarkan dan mereka akan memperoleh pengetahuan. Demikian
pula jika ada suatu permasalahan yang ada pada mereka, maka hendaknya mereka
kembalikan permasalahan tersebut (bertanya) kepada beberapa ulama, walaupun
mungkin lewat telpon. Karena bagi mereka yang sedang disibukkan dengan
membicarakan orang lain dan kesibukan lain yang ada pada mereka, seperti orang
yang satu sibuk menyerang orang yang lain, maka perbuatan ini menyia-nyaikan
waktu tanpa manfaat. Orang-orang seperti ini tidak akan mendapatkan ilmu yang
manfaat, dan keadaan mereka akan berakhir dengan tanpa ilmu. Adapun bagi mereka
yang menyibukkan diri dengan ilmu dan berusaha mendapatkannya serta menyibukkan
waktu mereka dengan hal itu, maka mereka adalah orang-orang yang akan mendapatkan
kemuliaan diakhirnya, insyaAllah.
diintisarikan dari salafimanhaj.com
pinjam gambar dari republika.co.id
pinjam gambar dari republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Memberi Respon yang Baik